noscript-img

Riwayat Hidup Biksu Peziarah Yi Jing (635-713 Masehi)

Yi Jing adalah salah satu di antara tiga peziarah terkenal dari Tiongkok, selain kedua pendahulunya Fa Xian dan Xuan Zang. Fa Xian adalah biksu dari Tiongkok yang pertama kali melakukan perjalanan ziarah ke India, di mana beliau tinggal di India selama 15 tahun (399 hingga 414 Masehi), sementara Xuan Zang menetap di India selama 17 tahun (629 hingga 645 Masehi).

Yi Jing dilahirkan tahun 635 Masehi di Fanyang, daerah Chaozhou. Ketika berumur 7 tahun (641 Masehi), beliau berguru kepada Shan Yu dan Hui Xi. Beliau menerima penahbisan sebagai seorang sramanera ketika berusia 14 tahun. Sejak berusia 18 tahun (652 Masehi), Yi Jing berangan-angan untuk berziarah ke India, namun keinginannya baru terwujud ketika beliau berusia 37 tahun (671 Masehi). Beliau menerima penahbisan penuh (upasampada) sebagai seorang biksu pada umur 20 tahun sebagaimana usia yang dipersyaratkan.

Ketika tinggal di ibukota (Chang’an), Yi Jing menyaksikan upacara pemakaman besar-besaran Xuan Zang yang dilakukan di bawah arahan khusus kaisar. Xuan Zang wafat tahun 664 Masehi. Tergerak oleh antusiasme luhur Xuan Zang, Yi Jing tampaknya berupaya mewujudkan niat yang sudah lama diidamkannya yaitu melakukan perjalanan ke India, yang merupakan pusat pembelajaran Buddhadharma di masa itu. Sebelum berangkat, beliau pulang ke kampung halaman untuk meminta restu dari salah satu gurunya, Hui Xi, sebelum melakukan perjalanan. Beliau juga mengunjungi makam guru beliau lainnya, Shan Yu, untuk memberi penghormatan.

Di bulan sebelas tahun 671 Masehi (saat berumur 37 tahun), Yi Jing berlayar dari Tiongkok (Guangdong) selama 20 hari dan mendarat di Foshi. Beliau tinggal di Foshi selama 6 bulan untuk belajar Sabdavidya (tata bahasa Sanskerta), kemudian pergi ke Moluoyou (Melayu) dan tinggal di sana selama dua bulan. Di bulan dua belas, tahun 671, beliau bertolak dari Jiecha (Kedah) menuju India, mengunjungi daerah yang ke satu ke daerah lainnya dan akhirnya tiba di Tamralipti (pelabuhan di pantai Timur India) pada hari kedelapan, bulan dua, tahun 673 Masehi. Pada bulan lima, beliau melanjutkan perjalanan ke India dan tinggal di Nalanda selama 10 tahun (675-685 Masehi).

Setelah mengumpulkan kitab-kitab ajaran, beliau mulai menelusuri langkah-langkah untuk kembali pulang. Beliau lalu kembali ke Tamralipti. Berlayar dari sini selama dua bulan ke arah tenggara, Yi Jing tiba di Jiecha. Saat itu, sebuah kapal dari Foshi juga tiba di sana. Ini biasanya terjadi di bulan pertama atau bulan kedua. Yi Jing tinggal di Jiecha sampai musim dingin, kemudian naik kapal menuju selatan, dan setelah satu bulan perjalanan, beliau tiba di Moluoyou, yang sudah menjadi Foshi (Shili Foshi) di mana ada banyak daerah (di bawah kekuasaannya). Waktu tiba biasanya di bulan pertama atau bulan kedua.

Yi Jing kemudian tinggal di Shili Foshi selama 4 tahun (awal 685-689 Masehi). Tahun 689 Masehi, Yi Jing naik kapal bermaksud menitipkan surat ke Guangzhou (Guangdong) untuk meminta kertas dan tinta yang akan digunakan untuk menyalin sutra dan meminta sarana (biaya) mempekerjakan penyalin, tetapi beliau terbawa pulang dan berada Tiongkok selama 3 bulan. Karena kitab ajaran yang telah beliau bawa (dari India), sejumlah 500.000 sloka Tripitaka, tertinggal di Foshi, beliau berkeinginan balik lagi ke sana. Waktu itu Yi Jing sudah berumur 55 tahun.

Pada hari pertama, bulan sebelas, tahun 689 Masehi, Yi Jing bersama Zhen Gu (Salagupta), Dao Hong, dan dua biksu lainnya bertolak dari Guangdong menuju Foshi. Yi Jing tinggal lagi di Foshi selama kurang lebih 5 tahun (akhir 689-695 Masehi). Di Shili Foshi, Yi Jing bertemu seorang biksu bernama Da Jin yang kembali ke Chang’an (Xi’an Fu) pada hari ke-15, bulan lima, 692 Masehi dan Yi Jing menitipkan kepadanya Sutra dan Sastra (Ulasan) sebanyak 10 jilid, ‘Nanhai Ji Gui Neifa Zhuan yang terbagi dalam empat jilid dan ‘Datang Xiyu Qiufa Gaoseng Zhuan yang terbagi dalam dua jilid.

Yi Jing kembali ke Tiongkok pada pertengahan musim panas tahun 695 Masehi, dan disambut dengan baik oleh Ratu Wu Zetian (kaisar wanita yang berkuasa pada masa itu). Beliau berada di luar negeri selama 25 tahun dan telah berkunjung ke lebih dari 30 tempat. Yi Jing membawa pulang sekitar 400 teks Buddhis, 500.000 sloka serta peta denah Vajrasana Buddha.

Secara total, Yi Jing tinggal di Sumatra selama lebih kurang 10 tahun, yakni: akhir 671 sampai 672 Masehi (paling tidak 8 bulan); antara 685-689 Masehi (4 tahun); dan akhir tahun 689 sampai 695 Masehi (lebih kurang 5 tahun).

Karya Yi Jing

Yi Jing menerjemahkan sekitar 56 karya berjumlah 230 jilid. Di antara tulisan beliau yang terkenal adalah:

1. ‘Nanhai Ji Gui Neifa Zhuan (南 海 歸 內 法 傳) ditulis tahun 691-692 Masehi. Buku ini diterjemahkan oleh Prof. Takakusu (1896) dari bahasa Tionghoa ke bahasa Inggris dengan judul ‘A Record of the Buddhist Religion as Practiced in India and the Malay Archipelago’), dan telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul ‘Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan,’ diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014).

2. ‘Datang Xiyu Qiufa Gaoseng Zhuan (大 唐 西 域 求 法 高 僧 傳; (Riwayat Hidup Para Biksu Terkemuka yang Mengunjungi India dan Negeri-Negeri Tetangga untuk Mencari Ajaran di Masa Dinasti Tang’), juga ditulis tahun 691-692 Masehi, diterjemahkan oleh Prof. Chavannes dari bahasa Tionghoa ke bahasa Perancis dengan judul “Memoire a l’epoque de la grande dynastie Tang sur les religieux eminents qui allerent chercher la Loi dans les pays d’Occident” (1894).

3. ‘Mulasarvastivada-ekasatakarman (根 本 说 一 切 有 部 百 一 羯 磨), ditulis sekembalinya beliau ke Tiongkok, antara tahun 700-703 Masehi.

Selain itu, ada tiga karya Yi Jing yang beliau sebut tetapi tidak ditemukan dalam India Office Collection:

  1. 西 方 記 (Xifang Ji). The Record of the West. Yi Jing menyebut karya ini dalam Bab IX buku ‘Nanhai Ji Gui Neifa Zhuan.’
  2. 西 方 十 德 傳 (Xifang Shide Zhuan). The Lives of the Ten Virtuous Men of the West.  Yi Jing menyebut karya ini dalam Bab XXXIV buku ‘Nanhai Ji Gui Neifa Zhuan.’
  3. 中 方 錄 (Zhongfang Lu). The Record of the Madhyadesa. Yi Jing menyebut karya ini dalam ‘Datang Xiyu Qiufa Gaoseng Zhuan.’

Yi Jing wafat tahun 713 Masehi di usia 79 tahun. Hidup dan karya beliau sangat dipuji oleh Kaisar Zhongzong, sebagaimana tertera dalam kata pengantar Katalog Tripitaka.

***

Sumber: ‘A Record of the Buddhist Religion as Practiced in India and the Malay Archipelago’ oleh Prof. Takakusu. Penerbit: Oxford at the Clarendon Press (1896).

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan; Nanhai Ji Gui Neifa Zhuan (南 海 寄 歸 內 法 傳) oleh Yi Jing

Berdasarkan Terjemahan Bahasa Inggris:

A Record of the Buddhist Religion as Practised in India and the Malay Archipelago (A.D. 671-695)

Oleh J. Takakusu, B. A., Ph. D. (Oxford, 1896)

Yi Jing (635-713 Masehi) adalah salah satu di antara tiga peziarah utama dari Tiongkok, selain dua pendahulunya Fa Xian dan Xuan Zang. Sejak berusia 18 tahun beliau mempunyai impian untuk pergi ke India yang merupakan pusat pembelajaran di masa itu. Keinginan beliau terwujud ketika berusia 37 tahun. Selama lebih kurang 25 tahun, Yi Jing berada di luar negeri. Di antara tempat utama kunjungan beliau adalah Foshi/Shili Foshi dan Moluoyou (Melayu) di mana beliau menetap sekitar 10 tahun, begitu juga di Nalanda (India) sekitar 10 tahun.

Yi Jing mempunyai kesan mendalam terhadap Foshi/Shili Foshi sebagaimana ditulis dalam catatannya bahwa di kota Foshi yang berbenteng, terdapat ribuan biksu yang mempelajari semua mata pelajaran seperti di Madhyadesa, India dan merekomendasikan orang yang ingin pergi ke India, untuk tinggal dan belajar di Foshi selama satu atau dua tahun. Di Shili Foshi, Yi Jing menerjemahkan banyak teks berbahasa Sanskerta maupun Pali, di antaranya buku ini, Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan (Nanhai Ji Gui Neifa Zhuan).

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan, meskipun isinya terutama mengenai kehidupan wihara dan Vinaya di masanya, namun catatan beliau memberi banyak kontribusi terhadap pembelajaran, literatur, nilai sejarah dan budaya, serta lokasi-lokasi geografis  di masa itu. Sebagaimana beliau katakan, karya ini khususnya merepresentasikan tradisi Mulasarvastivada, satu di antara empat Nikaya utama yang dijalankan di India dan pulau-pulau di Lautan Selatan.

Diterbitkan bulan November 2014 oleh:
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
Direktorat Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Diterjemahkan oleh:
Tim Sudimuja

Buku ini tidak dijual. Silakan unduh di sini.

Rumusan Hasil Diskusi Ilmiah Arkeologi (DIA) XXVIII

Diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI)
Komisariat Daerah Sumatera Bagian Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung
Jambi, 22 Februari 2011

Rumusan:

Memperhatikan:

  • Paparan Ketua IAAI, Bapak Drs. Hari Untoro Drajat, MA
  • Paparan Bapak Salim Lee
  • Hasil diskusi berupa masukan dari forum, dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
  1. Kawasan Percandian Muarajambi mempunyai nilai penting akademis yang tinggi sebagai situs pusat pendidikan yang besar dan tua.
  2. Kawasan Percandian Muarajambi harus mendapat perhatian kita bersama untuk mengedepankan pentingnya penelitian-penelitian.
  3. Penelitian ke depan harap diprioritaskan tentang konsep-konsep yang berhubungan dengan kepentingan pendidikan.
  4. Mulai sekarang Kawasan Percandian Muarajambi harus diutamakan fungsi-fungsi perlindungan dan pelestarian.
  5. Kawasan Percandian Muarajambi diperlukan pengelola terpadu Kawasan Percandian Muarajambi semacam badan otorita.
  6. Kawasan Percandian Muarajambi perlu adanya dukungan berupa aturan formal (Perda) dengan memasukkan kepentingan berbagai komponen masyarakat (pemberdayaan masyarakat).
  7. Menyiapkan Kawasan Percandian Muarajambi sebagai Kawasan Cagar Budaya dan ditingkatkan sebagai Kawasan Strategis Nasional sebelum mengusulkan menjadi Warisan Budaya Dunia

    Hotel Abadi, Jambi, 22 Februari 2011

    Tim Perumus
    Ketua: Drs. H. Siswanto
    Sekretaris: Drs. Nurhadi Rangkuti, M. Si
    Anggota: Drs. Lucas Partanda Koestoro, DEA
    Mr. Salim Lee
    Budiharto Susiawan
    Dra. Novida Abbas, MA
    Drs. Bambang Budi Utomo

  • Berlangganan Milis



  • Powered by WordPress