noscript-img

Plat Tembaga Nalanda

Plat Tembaga Nalanda dikeluarkan oleh raja Benggala bernama Dewapaladewa pada tahun 860 Masehi. Prasasti ini ditulis dalam tulisan Devanagari dan Proto-Bengali. Isi Plat Tembaga Nalanda adalah mengenai permintaan Raja Balaputradewa dari Suwarnadwipa untuk mendirikan sangharama (biara) di Nalanda, dan Raja Dewapaladewa memberikan lima desa yang hasilnya digunakan untuk memelihara sangharama tersebut dan membiayai siswa-siswa di sana.

Berikut adalah kutipan dari isi Plat Tembaga Nalanda:

“… Atas permintaan Maharaja Balaputradewa yang termashyur, Raja dari Suwarnadwipa, melalui utusannya, saya telah membangun sebuah biara di Nalanda dimana berdasarkan dekrit ini, semua pendapatan dianugerahkan untuk Bhagawan Buddha, perwujudan dari semua kebajikan agung seperti Prajnaparamita, dianugerahkan untuk persembahan-persembahan, tempat tinggal, pakaian, dana makanan, tempat tidur, kebutuhan-kebutuhan untuk orang sakit seperti obat-obatan, dan sebagainya, untuk kumpulan para bhikshu dari empat bagian (yang terdiri dari) para Bodhisattva yang menguasai Tantra, dan delapan Aryapudgala untuk menulis permata Dharma dari teks-teks Buddhis dan untuk memelihara dan memperbaiki biara bila rusak … ”

Pertemuan Acharya Dipamkara Shrijnana dengan Acharya Dharmakirti di Suwarnadwipa

Dalam biografi beliau, Acharya Dipamkara Shrijnana menulis mengenai perjalanannya ke Suwarnadwipa dan pertemuannya dengan Acharya Dharmakirti di tahun 1013 Masehi.

“Pada tahun 1012, Dipamkara, bersama beberapa pedagang, bertolak (dari India) menuju Suwarnadwipa dengan sebuah kapal besar. Perjalanannya lama dan melelahkan, dan berlangsung selama berbulan-bulan, selama perjalanan para penjelajah dilanda badai yang mengerikan … Pada masa itu, Suwarnadwipa adalah pusat pembelajaran Buddhadharma di dunia Timur, dan Guru Besar (Acharya Dharmakirti) di Suwarnadwipa dianggap sebagai cendekiawan terbesar pada masa itu …” [Alaka Chattopadhyaya (1999): Atisa and Tibet].

“ … Segera setelah menyeberangi lautan luas, saya (Dipamkara) menuju Caitya atau Stupa Keemasan (Golden Reliquary) Sukhagati … dan bertemu dengan enam bhikshu meditator, murid dari Guru Suwarnadwipi (Dharmakirti) … Caitya tersebut dikelilingi oleh hutan Suwarnadwipa di sebelah Utara, teratai-teratai indah di sebelah Selatan, hutan bambu yang lebat di sebelah Barat dan rawa-rawa di sebelah Timur …”

Pusat-pusat Pembelajaran Lainnya di India

1. Odantapura

“Nalanda merupakan insitusi tua – berfungsi lebih dari dua abad sebagai Mahavihara – ketika Gopala, pendiri dinasti Pala, membangun kota baru Odantapura di Magadha, dengan pemikiran agar Odantapura tumbuh menjadi pusat pembelajaran Buddhadharma seperti Nalanda yang didirikan oleh para raja Gupta. Jadi, ia mendirikan suatu Mahavihara dengan jarak yang dekat dari Nalanda, yaitu sekitar enam mil …. Odantapura baru yang dibangun awal pertengahan abad ke-8 mempunyai tata letak dan struktur yang lengkap. Biara Tibet pertama di Sam-Yas yang dibangun pada tahun 749 Masehi adalah berdasarkan model Odantapura.”

“Jika biara Sam-Yas benar-benar dibangun berdasarkan model Odantapura, beberapa kesimpulan dapat ditarik mengenai Odandapura dari arsitektur yang megah dan rinci, berdasarkan replika Tibetnya.”

  • Berlangganan Milis



  • Powered by WordPress