noscript-img

Muarajambi dan Ajaran Modern

Menurut catatan sejarah, banyak bhikshu pengunjung dari mancanegara, seperti I-Tsing, Wu-Hing, tinggal beberapa lama di Sriwijaya untuk mempersiapkan diri belajar di Nalanda, India. I-Tsing sendiri tinggal di Sriwijaya selama 10 tahun. Ada juga bhikshu pengunjung yang belajar di Sriwijaya, kemudian kembali dan mengajar di India dan negara-negara lainnya, seperti Dipamkara Shrijnana. Banyak juga bhikshu berapa negara lain. Sebaliknya, banyak guru dan siswa dari Sriwijaya yang mengunjungi Nalanda, India dan kemudian kembali dan mengajar di Sriwijaya. Salah satu Guru Besar Sriwijaya yang sangat terkenal sekitar abad ke-10/11 Masehi adalah Acharya Dharmakirti.

Acharya Dharmakirti

Acharya Dharmakirti dianggap sebagai Guru Besar pada masa tersebut. Paling tidak, ada enam karya beliau yang tercatat dalam kumpulan Tengyur (naskah-naskah ulasan). Karya-karya tersebut adalah: (1) Abhisamaya-alamkara-nama-prjnaparmita-upadesa-sastra-vrtti-durbodha-aloka-ama-tika, (2) Bodhisattva-caryavatara-pindartha, (3) Bodhisattva-carya-vatara-sattrimsat-pindarta, (4) Siksa-samuccaya-abhisamaya-nama (5) Arya-acala-sadhana-nama, dan (6) Krodha-ganapati-sadhana [Alaka Chattopadhyaya (1999): Atisa and  Tibet].

Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kedukan Bukit, di tepi sungai Talang dekat Palembang, berangka tahun 605 Saka/683 Masehi. Isi prasasti Kedukan Bukit menceritakan tentang siddhayatra (pawai kemenangan) yang dilakukan oleh Dapunta Hyang, bersama lebih dari 20.000 prajurit, atas ditaklukkannya Melayu oleh Sriwijaya. Pada bagian terakhir prasasti, terdapat kata “jayasiddhayatra” yang berarti “perjalanan jaya” (sesuai dengan istilah yang digunakan oleh Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya “Sriwijaya” hal 136).

Isi Prasasti Kedukan Bukit:

1. svasti çrï çakavarsâtïta 605  ekâdaçï çu-
Svasti! Pada tahun Saka 605 hari ke-11

2. klapaksa vulan vaiçà- kha dapunta hiyang nâyik di
Pada saat bulan purnama Waisaka, Dapunta Hyang dengan naik

Muarajambi, Universitas Tertua di Indonesia

PENDIDIKAN TINGGI
Koran Kompas – Selasa, 7 September 2010 | 03:50 WIB

Sudhamek AWS

Berdasarkan genealogi ”universitas” sebagai kumpulan guru dan siswa ilmuwan, sejak universitas pertama di China dan di Nalanda, India, abad ke-5, diikuti universitas modern di Bologna, Italia, abad ke-11, diperkirakan situs purbakala Muaro Jambi di Sumatera, paling tidak pada awal abad ke-7, juga sudah merupakan kompleks pusat pembelajaran yang ternama. Baru disusul beberapa abad kemudian di Indonesia dengan berdirinya Universitas Gadjah Mada dan universitas lainnya.

Di kompleks yang jaraknya sekitar 40 kilometer dari luar Kota Jambi, di pinggiran Sungai Batanghari, yang terserak dalam 80 manapo (reruntuhan), telah berkembang tradisi sebuah universitas. Berdasarkan catatan dan peninggalan yang ada, diperkirakan Muaro Jambi merupakan pusat pembelajaran sejak abad ke-7 hingga abad ke-11. Dengan demikian, praksis pendidikan di sana bisa dikatakan sebagai universitas tertua di Indonesia.

  • Berlangganan Milis



  • Powered by WordPress